Wednesday, January 16, 2013

(rasa, nada, sempurna) #surat

Sesungguh nya aksara adalah cara ku berbicara. Kali ini adalah untuk menyampaikan terima kasih. Sering terpikir untuk menulis, tuangan rasa terimakasih. Tapi nyata nya enggan kerap menghantui.

Aku adalah dua telinga yang percaya nada adalah obat penenang. Dentang denting nada selalu sempurna membalut beragam rasa. Tak jarang mereka menetap, mengontrak hati tak ingin terburu pergi. Dentang denting yang kamu keluarkan tidak beda, masih berbentuk nada. Tapi bagiku, mereka adalah nada yang berkolaborasi sempurna di kedua telinga. Nada yang menimbulkan candu berbahaya. Nada yang menelisip masuk dan membangun sendiri satu tempat di hati. Nada yang menggurat sesimpul senyum dan menyeretku menari. Nada yang jadi pengobat hampir semua sedih.

Ah, rasa nya terlalu sempurna konspirasi yang diciptakan semesta. Setiap rasa yang menggantung di hati terwakilkan oleh rangkaian nada yang tercipta, seolah kamu tahu semua. Nyata nya bukan, kamu hanya kelewat piawai melukis setiap rasa lewat nada.

Saat aku memuji, meski sudah berulang kali, aku tidak sedang berbasa-basi. Aku sungguh memuji si pencipta rangkaian nada yang sempurna. Terima kasih karena sudah jadi yang menginspirasi. Terima kasih karena sudah ciptakan dentang denting penyeimbang lara dan tawa.

Harapan dan berbongkah doa menyatu memeluk si pencipta nada sempurna. Jangan berhenti menghantui telinga lewat setiap nada. Jangan berhenti jadi bayangan, jadi latar dari setiap rasa. Banyak yang akan kehilangan dan bukan aku semata. Banyak yang akan terusik bingung mencari dentang yang menari sesempurna denting mu di kedua telinga.

 

 

 

 

 

Nb : Terinspirasi dari #30HariMenulisSuratCinta dan (berlagak mencoba) menulisnya. Teruntuk sumber inspirasi, "The One and Only......" (Yes, YOU. This is for YOU!). Tapi ini bukan surat cinta, melainkan deretan aksara yang melukis kekaguman yang enggan berhenti. Ini juga rangkaian terimakasih.

No comments:

Post a Comment